Banjarmasin
Membaca Ulang Surga Yang Di Titipkan Tuhan di Bumi

BalainNews.com, BANJARMASIN – Dalam kehidupan akhir-akhir ini begitu banyak waktu saya untuk merenung dan mencoba berkontemplasi tentang proses hadirnya nikmat dalam berbagai sudut pandang. Lalu mencoba mengidentikkan nikmat yang di simbolkan dari hadirnya sebuah rasa bahagia pada diri manusia.
Tentu sebagai umat manusia yang percaya akan Tuhan maka kita tentu memahami bahwa ada sebutan takdir pada diri manusia, rangkaian takdir yang menimpa manusia adalah berupa kehendak Tuhan atas diri manusia. Sedangkan harapan adalah sebuah rasa yang muncul dari kehendak manusia itu sendiri yang bersumber dari akal dan respon diri terhadap sekitar. Munculnya ikhtiar dan doa adalah upaya manusia untuk mewujudkan kehendakNya.
Dalam hidup semua manusia ingin mewujudkan semua ide ide besarnya untuk menjadi kaya, damai, sejahtera, sehat, popular, dll namun di sisi lain bahwa di dunia ini juga ada kebalikan dari hal-hal tersebut di atas berupa miskin. Perang, melarat, sakit, hina, dll yang nyata adanya. Realisasi dari seluruh kenyataan tersebut bagi yang menyakini Tuhan adalah semua bersumber dari sesuatu yang paling mutlak berkuasa yang kita sebut Tuhan.
Maka pada akhirnya saya pun mencoba membangun kesimpulan sementara, bahwa kenikmatan itu muncul dari seolah olah ada perbedaan antara kehendak manusia yang terbatas dengan Kehendak Tuhan yang mutlak. Dengan adanya seolah-olah ada perbedaan itulah maka nikmat-nikmat itu muncul, pada seorang jomblo maka nikmat menurutnya adalah ketika memiliki pasangan, pada orang yang sakit nikmat menurutnya adalah saat memiliki kesehatan, pada orang yang miskin yang hanya memiliki uang satu juta maka nikmat kaya ketika memiliki 100 juta, bahkan pada tokoh tokoh besar yang merasa mewakili peradaban umat manusia ketika bumi dirasanya penuh perang dan konflik maka nikmat menurutnya adalah hadirnya perdamaian utuh di muka bumi.
Namun percayalah, ketika orang jomblo di berikan pasangan, orang sakit diberikan sehat, orang miskin di berikan kekayaan dalam takarannya, dan tokoh tersebut di hadirkan kedamaian maka semua akan kehilangan nikmatnya. Proses kebahagiaan tersebut hanya berlangung sekejap, persis ketika kita menghayalkan untuk memakan sesuatu jenis makanan ketika kita makan dengan lahap dan penuh nikmat maka kenikmatannya berhenti sampai kenyang, maka ketika di beri lagi makanan yang sama kita pun akan menganggap itu bukanlah kenikmatan karena kehendak kita sebelum mendapatkan tersebut tidak ada lagi.
Manusia yang mengklaim diri baik ataupun manusia yang sudah di judge tidak baik selalu saja berlomba-lomba mencari apa yang mereka sebut capaian ideal yang bersumber dari kehendak. Dan ketika kehendak tersebut terus menerus di jadikan sumber kebahagiaan tentu kita pun tidak akan pernah sampai pada kebahagiaan tersebut, karena sesungguhnya nikmat yang timbul dari penyelarasan antara seolah-olah ada kehendak manusia dengan kehendak Tuhan yang mutlak bertemu pada satu titik hanyalah percikan kecil dari nikmat surga yang di janjikan.
Pada akhirnya siapa saja yang masih terpaku pada kehendak manusianya tidak akan pernah benar benar merasakan nikmat, karena akan terus menerus di perbudak oleh kehendak meski kehendak tersebut berdalih kemaslahatan untuk seluruh umat manusia. Namun bagaimana sebaliknya ketika manusia mewadahi seluruh kehendak Tuhan sehingga ketetapan baik atau buruk adalah merupakan bahasa cinta dari Tuhan.
Wujud cinta Tuhan kepada manusia adalah berupa pemberian ruh yang dengannya manusia hidup, sejatinya itulah anugerah terbesar kita. Sehingga realitas takdir yang terjadi di mulai dari rangkaian gerak manusia kemudian di sentuh melalui akal berupa rencana dan ikhtiar adalah proses yang mesti di jalani dan menerima hasil dari sebuah proses tadi adalah mutlak. Maka ketika kita mendeklarasikan diri sebagai hamba, manusia yang mempecayai adanya otoritas mutlak Tuhan pada takdir dengan menerima segalanya dengan penuh cinta rasanya kenikmatan apalagi yang lebih nikmat dari rasa menerima itu.
Jika surga adalah muara dari kehendak-kehendak kita di dunia ini yang tidak terkabulkan, dari cinta, popularitas, kekayaan, kedamaian, dll yang tidak sempat kita dapatkan di dunia kemudian semuanya di kabulkan tanpa terkecuali, maka masihkah ada kenikmatan itu? Ketika semua pinta terwujud mungkinkah ada yang di sebut kehendak itu lagi. Bukankah hadirnya nikmat kaya sebab adanya miskin, nikmat sehat karena adanya sakit, nikmat damai karena adanya perang, dll lalu apakah surga itu?
Oleh : Muhammad Radini, Murid dari Seorang Guru.
Sebarkan

-
Banjarbaru1 tahun ago
Tarif Parkir Inap Bandara Syamsudin Noor Mulai Rp 15.000 Per 24 Jam, Mobil Aman Selama Terbang
-
Nasional2 tahun ago
Olimpiade Nasional 2022
-
Banjarmasin2 tahun ago
HUT TNI Ke-76, Lanal Banjarmasin Bersama Forkopimda Kalsel Gelar Upacara
-
Banjarmasin2 tahun ago
Pembelajaran Tatap Muka Di SDN Karang Mekar 1 Dan SMPN 8 Banjarmasin
-
Banjarmasin2 tahun ago
Polsek Banjarmasin Selatan Gelar Rekontruksi Kasus Pembunuhan Malam Tahun Baru
-
Business2 tahun ago
Januari 2022, Honda Umumkan Harga resmi ALL NEW HONDA BR-V
-
Daerah2 tahun ago
Media Gathering, Refresmen Para Media Kalsel Memperoleh Informasi BI Kalsel
-
Banjarmasin2 tahun ago
Thunder Fried Chicken Hadir Di Banjarmasin Dan Selalu Konsisten Gunakan Tenaga Kerja Lokal
-
Banjarmasin2 tahun ago
Narkolema Harus Diwaspadai, Advokat Angga : Generasi Muda Jangan Tidak Tahu Konsekuensi Hukumnya
-
Banjarmasin2 tahun ago
Pesan Ulama Sufi Jalaluddin Ar Rumi Untuk Menata Hidup Kita