Lifestyle
Geliat Kehidupan Malam Jakarta
BalainNews.com. JAKARTA –
Hari menjelang malam, kemacetan di Jalan Mangga Besar, Jakarta Barat mulai sedikit terurai, pos lantas yang berada di seberang jalan, sudah ditinggal polisi. Namun aktifitas di kawasan Mangga Besar baru saja mulai.
Sejumlah PKL mulai mendirikan tenda jualannya di sisi kanan kiri trotoar. Kendaraan roda dua mulai berseliweran membawa wanita dan gadis – gadis bercelana pendek dan rok mini. Beberapa di antara gadis yang dibawa tak canggung sekalipun berpakaian cukup terbuka, dengan rambut yang berwarna pirang, mata lelaki tergoda.
Para wanita ini kemudian menyebar ke sejumlah kawasan di sekitaran Mangga Besar Raya di Jakarta Barat dan Jakarta Pusat, seperti menuju diskotik Emporium di Pecenongan. Travel Connection di Mangga Besar VIII, diskotik Exotic di ujung jalan Mangga Besar Raya menuju jalan Gunung Sahari, dan kawasan Lokasari di tengah Jalan Mangga Besar.
Lokasari sendiri merupakan tempat tersohor akan prostitusi dan gemerlapnya kawasan Mangga Besar. Nama Lokasari kian tersohor lantaran beberapa pengusaha hiburan sempat menjadi tempat ini sebagai bisnis pertama, seperti almarhum Alexis Group, Raja Mas Grup, dan nama lainnya.
“Dahulu tempat ini cukup ramai, banyak diskotek, banyak orang datang, cewek-ceweknya cukup banyak,” ucap Yatno (47) salah satu pedagang di kawasan itu saat dibincangi Detak Kalimantan, Sabtu (28/10/2023) malam.
Yatno sendiri sudah 20 tahun lebih berada di kawasan Lokasari. Ia cukup mengenal luar dalam kawasan ini, hingga beberapa nama tempat diskotek lainnya.
Sepengamatan jurnalis Detak Kalimantan, wanita di Taman Sari ini tampak tak canggung menggunakan pakaian cukup minim. Mereka memasuki kawasan Lokasari Square hingga beberapa kios-kios baju yang berada di depannya, dan disamping Newton.
Meskipun diskotik Mille’s sudah ditutup oleh Pemprov DKI Jakarta tahun 2016 lalu, namun nama besar Lokasari tetap tak terganggu. Sebab disana masih ada Newton Eksekutif dan Olympic yang merupakan kawasan karaoke dan pub.
Meskipun di dua tempat itu, termasuk Mille’s disediakan wanita wanita pemandu lagu, namun tak mengganggu para wanita prostitusi lainnya. Para mucikari ini kemudian menyebar di sekitar pintu masuk Lokasari, seperti dekat KFC dan kios-kios depan.
Di sana mereka dengan siaga menyediakan wanita pekerja lepas yang dibawa membawa mobil-mobil. “Untuk lima jam harganya Rp800 ribu,” tutur Jampang (35) salah satu mucikari.
Sebelum berdagang baju baju wanita di kios THR Lokasari, Yatno merupakan remaja kampung yang lugu. Pria asal Lumajang, Jawa Tengah ini kemudian pergi dan nekat merantau ke Jakarta periode 90 an sebelum krisis moneter 97. Berbekal pengetahuannya mengotak-atik motor, Yatno kemudian bekerja sebagai montir di salah satu bengkel di Krukut.
Disaat weekend, usai kerja Yatno kemudian pergi bersama beberapa temannya ke Lokasari. Disinilah seringkali mabuk hingga pagi, menyisir sejumlah tempat diskotek. “Paling sering ke Pujasera,” tuturnya.
Perkenalannya dengan seorang mucikari di salah satu diskotek ‘To Day Country’ membuat dirinya terjun ke dunia malam. Oleh pria bernama Encep itu, Yatno kemudian membawa sejumlah gadis-gadis ABG dengan bayaran Rp30 ribu setiap gadisnya. “Jaman segitu (tahun 1997) sudah bisa beli empat bungkus rokok,” ucapnya terkekeh.
Kini diskotek di Lokasari mulai punah, ruko-ruko berlantai tiga dan empat tak lagi memutarkan dentuman musik disko, para pemilik yang telah memiliki banyak uang kemudian memasarkan tempatnya ke luar kawasan Mangga Besar. Ada yang membuka di Hayam Wuruk, Gajah Mada, Pecenongan hingga kawasan Kota Tua.
Meski demikian praktik jual beli wanita tak hilang begitu saja, pemilik baru kemudian berdatangan membuka praktik praktik pijat di tempat itu. Mereka kemudian membawa yang lebih muda dan membuang wanita yang tua. Lokasari tetap hidup dan lebih menjanjikan. Malam semakin dingin….Mangga Besar pun makin menggeliat. [riv/Awe]